Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Jumat, 29 Oktober 2010

My First Love is My Last Love

9B, SMP Cijika Cirebon
“Fema..??” suara pak guru menyadarkanku dari lamunan yang nggak penting ini.
“Saya pak..” jawabku sambil mengangkat jari telunjuk.
Pagi itu seperti biasanya, kelasku selalu mengawali pelajaran dengan mengabsen kehadiran para siswa.
Disampingku, duduklah Meime, sahabatku sejak aku masih SD sampai sekarang, di bangku SMP. Hampir setiap hari aku dan Meime menghabiskan waktu bersama-sama.
Di seberang tempat dudukku bersama Meime, duduklah seorang pria nan tampan dan rupawan pastinya. Rafy, yak Rafy. Dia bernama Rafy, dan aku suka dia.
Setiap hari, aku selalu berangkat pagi, demi mendapatkan bangku di sebelahnya Rafy. Sebuah kebanggaan tersendiri buatku bisa duduk bersebrangan dengan Rafy. Apalagi aku belum pernah suka sama cowok lain.
Rafy is my first love, bisikku pelan.
Time Break
“Fem..!” teriak Rafy.
“Ya??” jawabku sambil menoleh ke belakang.
“Kamu nanti malam ada acara nggak?” Tanya si Rafy deg-degan.
Dengan gembiranya Fema nge­-jawab pertanyaan Rafy, “Nggak, emang kenapa?”
“Emm..ka..kaamuu mau nggak nge-date bareng aku? Aku yang traktir deh..” kata Rafy dengan gayanya yang sok cool. Namun di mata Fema, bukanya sok cool, tapi emang cool beneran.
“Maa..mmaaa..mau-mau-mau. Mau dong!!” jawab Fema dengan histeris sembari meremas-remas jari-jemari tangannya Meime yang kebetulan dari tadi sedang digenggam Fema.
Ngomong-omong, kenapa kamu tiba-tiba ngajak temenku nge-date kayak gini sih?” tanya Meime ke Rafy dengan ekspresi wajah yang penasaran.
“Ehhmm…aku pengen aja bisa nge-date sama orang yang aku sayang.” bisik Rafy ke telinga Meime dengan ekspresi malu-malu kucingnya. Dan Fema tidak mendengar suara itu.
“Wow??!!” teriak Meime kaget. Kaget karena ternyata orang yang selama ini diharapkan oleh sahabatnya juga menyimpan rasa yang sama. Sama-sama mencintai. Kenapa nggak langsung disatuin aja nih anak? Batin Meime.
“Sssttt!!” suara itu didengar oleh Fema, entah suara si Meime ataupun suaranya Rafy.
“Kamu??.. emm.. ayo ikut aku!” kata Meime sambil menggeret tangan Rafy.
“Arrgghhh… apa-apaan kamu tuh?! Main tarik aja!! Sakit tahu!!” teriak Rafy sebal.
Fema yang kegirangan karena kabar yang hampir membuatnya mati berdiri, sama sekali nggak ngegubris teriakan Rafy. Fema masih hanyut di dalam perasaan berbunga-bunganya itu. (bunga yang mekar pastinya)
Rafy ditarik Meime jauh-jauh dari Fema untuk dimintai keterangannya.
“Kamu bilang kalau kamu sayang sama Fema.. Serius?” tanya Meime histeris nggak sabaran.
“Ihhh.. serius lah.. aku nggak main-main.. tapi….” Belum selesai Rafy bicara, sudah diserobot sama suara yang tanpa permisi memotong jawaban dari Rafy.
“Tapi apa? Apa? Ayolah, jujur sama aku.. Aku bisa kok bantuin kamu..” kata Meime semangat.
“Beneran kamu? Kamu bisa njamin nggak? Aku nggak mau kalo nanti Fema nolak aku mentah-mentah gitu. Malu tahu!!” kata Rafy dengan wajah ketusnya.
“Yeee.. aku beneran tahu!! Serius!! Dua rius malahan!!” jawab Meime dengan kata-kata agak humor buat nge-dinginin suasana yang agak memanas ini.
Belum sempat Rafy buka mulut, si Meime udah duluan buka mulutnya dan berkata, “Emm.. Fema tuh sebenernya juga ada… adaaa… ada feel sama kamu.. Dari dulu malahan, udah lama. Tapi dia gengsi buat ngungkapin ini semua. Malu kali yyee?!
Tenane?” tanya Rafy dengan logat Jawanya.
“Iya, aku tuh beneran. Percaya deh! Aku pengen kalian bersatu, bahagia, kayak yang diimpikan Fema sejak lama.” kata Meime sembari nyari upil di hidungnya.
“Oke kalo gitu. Ntar malem aku bakalan ngomong yang sebenarnya ke Fema, ngomong kalau aku suka sama dia.” Kata Rafy memantapkan niat dan minatnya.
“Ya udah kalau gitu, sukses ya buat nanti malam. Emm.. aku pergi dulu ya.. Fema udah nungguin tuh. Dadaaa!!” kata Meime.
“Sipp dah.. Bye!” jawab Rafy sambil melambaikan jari-jemarinya yang panjangnya minta ampun.
Masih time break, di kantin
“Hey..?!” terdengar suara nan lembut menghanyutkan menyapa Rafy.
“Hey.. kamu!!” jawab Rafy kaget (dan sebenarnya ada rasa kebanggaan tersendiri buat Rafy pada waktu itu)
“Sendirian aja kamu. Yang lain pada kemana Fy?” tanya si cewek, yang ternyata itu adalah Netty, salah satu orang yang pernah disukai Rafy, tapi Netty-nya ga ada feel ke Rafy.
“Heehee… iya nih..” jawab Rafy sedikit grogi.
“Emm, aku boleh duduk di sini? Deket kamu..” tanya Netty genit.
“Wow! Boleh dong.” Jawab Rafy kegirangan.
Ternyata, meskipun sekarang aku suka sama Fema, aku masih ada rasa sama ini cewek. Netty emang nggak bisa aku lupain. Dia bidadariku, selamanya. Aku harap, sekarang dia juga punya perasaan yang sama kayak aku. Setidaknya membuka pintu hatinya untuk menerimaku. Tuhan, semoga ini tidak menyakitkan, batin Rafy dalam lamunan tiga-menitnya.
“Heh.. bengong aja kamu. Ngajak ngobrol kenapa?! Boring tau!” bentak Netty yang menyadarkan lamunan Rafy.
“Hehehe, maaf deh. Tumben kamu mau duduk sama aku?” tanya Rafy sambil ngebenahin kerah seragamnya.
“Dua hari lagi UAN Fy, dengan begitu, bentar lagi kita bakalan berpisah.” Kata Netty dengan nada yang melow dramatis.
“Iya nih, aku sedih jadinya. Ternyata masa SMP tuh cepet banget yak?!” kata Rafy sembari nyedot teh botolnya.
“Kamu tahu Fy? Sebenarnya, dulu waktu kamu bilang kalau kamu suka sama aku, aku jadi agak gimana gitu sama kamu. Sekarang, aku jadi ada feel ke kamu. Dan itu nggak bisa aku hindari.” Kata Netty yang masih dengan nada melow dramatisnya.
WHAT? Yang bener aja kamu! Kamu suka sama aku? TUHAN!!” kata Rafy dengan kaget. Saking kagetnya sampai-sampai keselek teh botol yang diminumnya.
“Iya, aku beneran. Aku sekarang suka sama kamu. Apa aku salah?” tanya Netty dengan mimik dipolos-poloskan.
“Sebenernya nggak salah sih. Aku tahu, rasa cinta nggak bisa dihindari. Dan asal kamu tahu aja, aku juga masih suka sama kamu. Rasa sukaku itu masih sama kayak yang dulu. Tapi, aku juga suka sama Fema, dan dia juga suka sama aku. Sakit rasanya mengingat kamu dulu yang meremehkan aku dan sekarang tiba-tiba bilang suka sama aku.” Kata Rafy yang kebawa suasana melow dramatis.
“Maafkan aku Fy. Aku pengen kita bisa bersama, bersatu layaknya Romeo dan Juliet (ceileh, ni anak pinter banget ngrayunye). Meskipun kamu suka sama Fema, tapi kamu harus ngertiin perasaanku yang juga suka sama kamu. Kita sama-sama mencintai Fy, jadi pikirkan matang-matang pilihanmu, antara aku dan Fema. Sekali lagi, aku mencintai kamu Fy, dengan segala kekuranganmu. I Love You and You Love Me, so what else?” kata Netty dengan harapan ia lah yang akhirnya akan dipilih.
“Ya, aku tahu itu. Aku tahu kamu suka aku, aku tahu Fema suka aku, dan aku tahu aku suka sama kalian berdua (playboy amat). Tapi aku nggak tahu aku harus milih yang mana. Kedua-duanya ingin aku miliki. Tapi jika aku memiliki dua-duanya itu hanya akan menyakitkan.” Kata Rafy bingung.
“Ya udah kalau kamu bingung, sebaiknya kamu pikirin dulu, jangan sampai salah pilih.” Kata Netty dengan harapan ia-lah yang akan dipilih.
“Oke deh, tapi kalau seandainya aku nggak memilih kamu, aku harap kita masih bisa jadi teman. Tanpa ada rasa dendam. Oke?” kata Rafy.
Emm.. entahlah.” Jawab Netty.
“TEET….TEEETT…” bel masuk berbunyi, mereka pun meninggalkan kantin dan menuju kelas bersama-sama. Kebetulan mereka berdua satu kelas.
Malam Harinya, Café Carlue
“Jam 7 malam, di café carlue, jangan sampai telat, penting ini.. dandan yang cantik ya, pake parfum, biar wangi.. see you.. :D”
Batin Fema membaca SMS dari Rafy, sang pujaan hati.
Fema pun lekas-lekas berdandan dengan raut wajah bahagianya. Selesai berdandan ia telefon Pak Diman untuk menghantarnya menuju Café Carlue.
Tepat jam 7 ia telah sampai di Café Carlue.
“Hay” suara berat itu terdengar di telinga Fema.
“Hay.. kamu? Aku kira belum datang.” Kata Fema.
“Aku udah dari tadi. Uda aku pesenin makananya tuh, tunggu bentar ya, bisa sabar kan?” kata Rafy sambil mempersilahkan Fema untuk duduk tempat di depan kursinya.
“Ya bisa lah. Aku nggak laper-laper banget kok.” Jawab Fema.
Tak berapa lama makanan yang mereka pesan datang.
“Ini tuan.. nona.. silahkan dinikmati.” Kata sang pelayan.
“Iya mbak, terimakasih.” Jawab Fema.
Tanpa basa-basi mereka menyantap makanan dengan lahap. Dan habis lah makanan itu.
Emm, Fem?!” ucap Rafy ditengah suasana yang sepi itu.
“Ya? Kenapa Fy?” jawab Fema.
“Kalo aku suka kamu, gimana? Aku pengen kita jadian.” Kata Rafy setengah nggak PeDe.
“Hahh? Yang bener kamu? Jadi, selama ini kamu suka sama aku? Sebenernya aku juga suka sama kamu. Tapi..” ucap Fema kaget dan kemudian berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja.
“Tapi kenapa?” Rafy memutus jawaban dari Fema.
“Tapi teman-teman bilang kalo kamu sukanya sama Netty, sedangkan Netty juga sering cerita ke aku kalo dia juga suka sama kamu.” Terang Fema.
“Aku dulu emang suka sama Netty, tapi itu dulu. Sekarang aku sayang sama kamu, bukan cuma suka biasa. Biarin aja si Netty suka, yang penting kita bisa bersama, aku suka kamu, kamu suka aku, kenapa TIDAK?!” kata Rafy.
“Aku juga pengen bisa jadi pacar kamu.” Kata Fema mengalihkan pandangan matanya.
“So? Kenapa kita tidak bersama saja?” Tanya Rafy.
Dengan tatapan sendunya, Fema menjawab, “Aku takut Netty marah sama aku.”
“Kenapa harus takut sih?” kata Rafy.
“Nggak enak sama Netty.” Ucap Fema singkat.
“Aku nggak mau kalo kehilangan kamu cuma gara-gara alasan nggak jelas itu, apa kamu nantinya nggak nyesel?” Tanya Rafy.
“Nyesel sih. Tapi aku nggak pengen nantinya aku menyesal. So, aku terima kamu.” Kata Fema.
“Beneran kamu? Makasih ya Fem. Mulai sekarang kita resmi pacaran, OK?” kata Rafy kegirangan sekaligus kaget nge-denger jawaban si Fema.
“Iya, aku juga nggak mau kalo harus ngebohongin perasaanku sendiri, sakit rasanya.” Kata Fema.
Keesokan harinya
“Wah, yang jadian. Selamat ya say.!” Kata Meime sambil mengajak Fema bersalaman.
“Hehehe. Iya, makasih ya.” Jawab Fema.
Hah? Jadi, yang dipilih Rafy akhirnya Fema? Masa aku nggak dipilih? Sedangkan Rafy juga masih suka sama aku! Apa sih maunya? Batin Netty.
“Selamat ya Fem!” kata Netty.
“Iya, makasih ya Net.” Jawab Fema dengan sedikit keraguan akan keikhlasan dari Netty.
Selang beberapa menit, bu guru datang ke kelas.
“Anak-anak, kita sekarang akan belajar di perpustakaan. Persiapkan bukumu dan alat tulismu.” Kata bu guru.
“Baik bu.” Serentak anak-anak menjawab bersamaan.
Diperjalanan menuju perpustakaan, Netty berjalan bersama gerombolan anak laki-laki, ia kemudian mendekati Rafy.
“Fy, kenapa kamu lebih milih Fema sih? Apa alasanmu untuk ini semua? Aku nggak terima tahu!” bentak Netty kesal.
“Kamu tahu? Aku sebenarnya lebih suka sama kamu. Aku cuma mau buat kamu cemburu. Ehh, ternyata berhasil. Hahaha” jawab Rafy dengan ketawa riangnya bak orang yang baru mendapatkan kejuaraan.
“Apa? Jadi kamu cuma manfaatin si Fema? Hahaha. Bisa aja kamu tuh. Intinya kamu nggak suka kan sama Fema?” Tanya Netty dengan ekspresi senangnya seperti baru saja mendapati secercik cahaya dalam kegelapan.
“Iya lah. Aku kan udah bilang ke kamu, aku dari dulu tuh sayang sama kamu. Kamunya nggak percaya sih. Uji cobaku berhasil kan? Hahaha” kata Rafy masih dalam tawa bahagianya.
“Iya, kamu berhasil. Bener-bener nggak nyangka aku kalo kamu bakalan setega ini.” Kata Netty dengan ketawa girang.
“Hehehe. Aku harap sih Fema nggak marah sama aku, tapi kayaknya itu mustahil deh.” Ucap Rafy.
“Ya jelas lah.” Kata Netty.
Pembicaraan mereka pun terhenti karena bu guru sudah memberikan tugas kepada murid-muridnya.
Empat-puluh-menit kemudian, bel pulang sekolah berbunyi, “teroreng..toreng..teroreng..roreng..roreng..teroreng..toreng..teroreng..roreng..roreng..”
“Anak-anak, siapkan mental kalian untuk menghadapi UAN besok, jaga kondisi fisik dan jangan lupa belajar!” jelas bu guru.
“Baik bu..” jawab anak-anak.
“Baiklah, sekarang kalian boleh pulang. Selamat siang.” Bu guru memberikan salam perpisahan di akhir jam pelajaran itu.
“Bye Fema!” teriak Rafy.
“Hmm!! Bye too!” jawab Fema.
Hubungan mereka memang tidak seperti hubungan orang-orang yang baru aja jadian. Mereka tidak ada romantis-romantisnya. Paling-paling cuma nge-date bareng atau hanya komunikasi lewat telepon bahkan hanya melalui SMS (parah memang).
Di rumah
“Assalamualaikum.” Ucap Fema ketika memasuki rumahnya.
“Wa’alaikum musalam.” Jawab ibu dan adik perempuanya Fema.
“Bu, kok aku nggak enak badan ya?” keluh Fema.
“Kamu kenapa nak? Coba sini ibu pegang keningmu.” Pinta sang Ibu.
“Badanmu kok anget? Kamu mau sakit kayaknya. Minum obat gih.” Perintah ibu.
“Baik bu.” Jawab Fema.
Setelah ganti baju, makan, minum obat, kemudian Fema tidur untuk istirahat sejenak. Tak beberapa lama HPnya berdering tanda SMS. Dan ternyata itu SMS dari Netty. Dibacanya SMS itu.
Fem, mulai sekarang, pertemanan kita putus. Aku nggak mau lagi temenan sama kamu. Kamu udah ngrebut cintaku. Suatu saat aku akan merebutnya dari kamu!
Asstaghfirullahalazim. Apa-apaan sih si Netty tuh. Maunya itu apa? Huh. Terserahlah. Batin Fema sebal.
Hari-hari berlalu, para siswa sudah selesai melewati masa-masa tegangnya (masa UAN tepatnya).
Pulang sekolah, di jalan raya
“Fem, sungguh, di sini aku ngomong yang sebenarnya. Aku mau ngomong kalau aku sayang sama kamu, dari lubuk hatiku yang terdalam. Tapi.. aku minta maaf kalau nanti suatu saat kamu akan terluka gara-gara sikapku dan perbuatanku ini.” Kata Rafy yang kemudian setelah berkata demikian lari entah kemana tujuanya.
“MAKSUDMU APA ?” teriak Fema.
Teriakan itu sama sekali tidak digubris oleh Rafy.
###
Seminggu setelah omongan Rafy itu, Fema mendengar kabar bahwa Netty sekarang telah jadian sama Rafy. Hari-hari Fema dilaluinya dengan penuh kesedihan, tanpa gairah.
Akhirnya waktu pengumuman kelulusan pun datang. Waktu yang Fema tunggu-tunggu. Tak disangka, Fema mendapat peringkat pertama di sekolahanya. Kegembiraan menyelimuti hatinya.
Dengan hasil yang membanggakan ini, aku pasti akan dapat sekolah yang aku idam-idamkan. Terimakasih Ya Allah. Semoga di sekolah yang baru nanti aku bisa membaur dengan lingkungan baruku, dan aku bisa melupakan Rafy. Amin. Batin Fema.
Tak lama selang pembagian hasil ujian, Fema mendapatkan sekolah yang ia inginkan. Kebetulan Rafy tidak diterima disekolah itu. Betapa bahagianya Fema dengan kondisinya saat ini, kondisi dimana ia dapat menghapus masa lalunya yang kelam.
###
Dua tahun sudah Fema menjabat sebagai siswa di sekolah idamanya. Ia kini sudah bisa melupakan semua penghianatan Rafy dan juga Netty.
Di suatu sore yang cerah, Fema sedang menghadiri eksta kulikuler di sekolahnya untuk yang pertama kalinya. Dan saat itulah Fema kembali diingatkan akan masa lalunya.
Dilihatnya sosok orang laki-laki dengan perawakan gagah, tinggi dan kekar. Ketika orang itu menoleh ke arah Fema, perasaan Fema merasa sakit, sangat sakit. Tak disangka air mata menetes dari bulatan mata indah Fema.
“Ka… Kaa.. Kamu?!” kata Fema dengan terkejut.
“Iya, kenapa?” Tanya Rafy.
“Nggak kenapa-kenapa. Kaget aja.” Jawab Fema yang kemudian membalikan badanya meninggalkan Rafy.
Ternyata Rafy mengikuti ekstra basket di sekolahan Fema.
Setelah pertemuan itu, Rafy selalu mencoba untuk meminta maaf kepada Fema. Namun, Fema enggan memaafkanya. Setiap hari Fema selalu memberikan penolakan atas permintaan maaf Rafy. Alasan satu-satunya adalah rasa sakit hatinya.
###
Berbulan-bulan Fema tertekan atas permintaan maaf dari Rafy. Selain itu, Rafy juga mengungkapkan perasaanya pada Fema. Perasaan sayang (katanya). Dan fatalnya, Fema juga masih ada rasa sayang ke Rafy, meski Rafy telah menyakitinya.
Kemudian terkisahlah pada suatu sore yang dihiasi pemandangan langit nan indah, Rafy mencoba meminta maaf kepada Fema, tak tahu kenapa, tanpa pikir panjang, Fema menerima permintaan maaf dari Rafy sekaligus menerima Rafy sebagai pacarnya kembali.
Entah mengapa ia menerima Rafy, tanpa pikir panjang pula, saya (penulis) juga tak tahu-menau.
Akhirnya, mereka bahagia. Sampai mereka menduduki jabatan sebagai mahasiwa mahasiswi dari Universitas Gajah Mada di Yogyakarta (sekarang tahun 2010 SM).
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar